,

Ponorogo, MADIUNRAYA.com
Seorang petani bernama Soirin alias Mbah Tunggak ditemukan meninggal dunia di areal persawahan masuk Dukuh Krajan, Desa Tegalombo Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo, Selasa (08/11/2022).
Menurut Kapolsek Sumoroto, Kompol Beny Hartono SH, peristiwa itu terjadi pada 11.55 WIB.

“Anggota SPKT Polsek Somoroto mendatangi TKP ditemukannya orang dalam keadaan meninggal dunia di persawahan, Dukuh Krajan, Desa Tegalombo Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo,” ujarnya kepada Awak Media, Selasa (08/11/2022).

Untuk identitas korban, lanjut Kompol Beny, atas nama Soirin alias Tunggak.

“Tempat dan tanggal lahir di Ponorogo 30 juni 1965 atau saat ini berusia 67 tahun. Kelamin laki – laki dan beralamatkan di RT 04, RW 02 Dukuh Krajan, Desa Tegalombo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo,” lanjut Kompol Beny.

Kronologisnya, Kompol Beny menyampaikan bahwa sekira pukul 07.30 WIB pada saat memanen jagung disawah milik saksi Barokah, kedua saksi atas nama Barokah dan Sugeng melihat dari kejahuan korban berjalan di pematang sawah dalam keadaan gontai dan beberapa kali terjatuh namun berdiri lagi.

“Kedua saksi berfikir saat itu korban gontai karena tanah pematang sawah saat itu licin, maka saksi tidak begitu mengkhawatirkan korban. Melihat korban terjatuh dan berdiri kemudian kedua saksi melanjutkan memanen jagung dan mengira korban sudah berjalan pulang,” jelas Kapolsek Sumoroto.

Kemudian, sekira pukul 11.15 wib saat kedua saksi hendak pulang untuk istirahat dengan melalui pematang sawah yang juga dilalui korban, kedua saksi melihat korban dalam keadaan terlentang ditepi pematang sawah dengan posisi kepala di sebalah barat, tangan mengepal kaki membuka kaku.

“Melihat korban terlentang kemudian kedua saksi menghampiri korban untuk megecek keadaan korban dan diketahui korban sudah dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian korban menghubungi Kepala Dusun Krajan Desa Tegalombo sdr. Sujarto dan tdk lama kemudian sdr. Sujarto datang bersama warga untuk melihat kondisi korban,” tambah Kompol Beny.

Setelah melaporkan ke Polsek Sumoroto, lalu petugas bersama Tim Kesehatan melakukan olah TKP.
“Pada jasad korban ditemukan kelamin jenasah mengeluarkan seperma, kulit lengan kanan dan kiri terkelupas, Pergelangan kaki kanan kiri terkelupas, mata kiri keluar darah,” ucap Kapolsek Kompol Beny.

Atas kejadian tersebut, kata Kompol Beny, keluarga korban menerima kejadian tersebut sebagai musibah.

“Dan meminta untuk tidak dilakukan otopsi terhadap korban dengan dituangkan dalam surat permohonan untuk tidak dilakukan optopsi.” Tutup Kapolsek Sumoroto. (red)

Ponorogo, MADIUNRAYA.com
Peristiwa aneh dialami oleh Acip Utomo (37) Warga Ngumpul Balong Ponorogo setelah dirinya tersesat ke arah Makam Tumenggung Brotonegoro pada Senin Malam (31/10/2022).

Menurut Kapolsek Sumoroto, Kompol Beny Hartono saat mengunjungi lokasi bersama Kepala Desa Nglarangan menjelaskan pada Selasa tanggal 1 Nopember 2022 sekira pukul 07.30 wib pihaknya mendatangi TKP Mobil Nopol M 1693 AT yang tersesat menuju Area Makam Tumenggung Brotonegoro dengan ketinggian ± 300 m dari permukaan dan jarak dari lokasi ± 600.

“Mobil Mobil APV warna Hitam Nopol M.1693 AT dikendarai oleh Saudara Acip Utomo (37) warga Dukuh Bobrok RT 01 Rw 01 Desa Ngumpul Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,” ucap Kapolsek Sumoroto.

Untuk kronologisnya, Kompol Beny menjelaskan bahwa pada hari Senin tgl 31 Okt 2022 sekira pukul 16 00 wib, sdr Acip Utomo (pengemudi Mobil APV) sehabis berjualan keliling Kelapa Muda.

“Yang bersangkutan pulang ke Ngumpul Kecamatan Balong, dengan melalui arah Dengok ke Barat, sesampainya di Pertigaan Desa Bringin karena ada tanda penutupan jalan kemudian diarahkan menuju arah Muneng, setelah berjalan ± 500 m yang bersangkutan bertanya kepada seorang perempuan di pinggir jalan, arah menuju Karanglo kidul lewat mana oleh perempuan tersebut ditunjukan arah ke barat melalui jalan makadam,” jelas Kapolsek.

Setelah berjalan kurang lebih 500 meter yang bersangkutan bertanya lagi kepada seorang laki laki yang sedang mencari rumput dan ditunjukan setelah habis jalan makadam ada jalan paving dan disebalah kiri ada warung belok ke kiri.

“Belum sampai jalan yang diarahkan, yang bersangkutan belok kekiri menuju arah makam Tumenggung Brotonegoro (Gunung gombak), sesampainya di atas bukit ± 700 meter dengan kondisi jalan menanjak , Yang bersangkutan terhalang dengan Tangga besi arah menuju makam,” lanjut Kapolsek Sumoroto.

Karena tidak ada jalan lagi yang bersangkutan kata Kapolsek lalu meminggirkan kendaraanya karena tidak ada tempat untuk putar balik.

“Kemudian yang bersangkutan meninggalkan mobilnya diatas dan berjalan turun hingga 1 Km , untuk mencari warga setempat, dan setelah menceritakan kejadianya, oleh salah satu warga diantar ke atas dengan mengendarai sepeda Motor,” ujarnya.

Kemudian pada pukul 19.00 wib bersama temanya menuju ke tempat mobilnya yang masih diatas, mengingat sudah larut malam, disarankan oleh warga untuk dievakuasi besok pagi.

“Pada pukul 07.00 wib dibantu oleh Perangkat Desa, TNI Polri dan team evakuasi RAPI kulon kali mengevakuasi mobil dengan cara membuatkan lahan untuk putar balik (mengingat tidak ada lahan untuk putar balik). Pada pukul. 08.30 wib kendaraan Mobil APV Nopol M 1694 AT, berhasil di evakuasi.” Tutup Kapolsek Sumoroto. (red).

,

Ponorogo – MADIUNRAYA.COM

Akibat korsleting listrik, Gudang dan Penggilingan Padi milik Juwarto yang terletak di Jalan Ponorogo – Solo masuk Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo terbakar pada Rabu (26/01/2022) dini hari.

Menurut Kapolsek Sumoroto, Kompol Beny Hartono, SH kejadian kebakaran tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 26  Januari 2022, pukul 01.30 wib. “Barang buktinya adalah dinding seng gudang penggilingan padi bekas terbakar,”ucapnya kepada MADIUNRAYA.COM, Rabu Pagi.

Kronologisnya, Kapolsek menyampaikan bahwa pada hari Rabu tanggal 26 Januari 2022 sekira  pkl 01.30 wib saksi saudari Hilda yang saat itu tidur dibangunkan oleh seseorang yang mengetuk pagar rumahnya dan memberitahukan kalau gudang penggilingan padi di belakang rumahnya terlihat dari jalan raya seperti terbakar. “Lalu saksi saudari Hilda  langsung memberitahukan hal tersebut kepada saksi saudara Juwarto yang juga orang tuanya (pemilik) dan setelah dicek ternyata benar gudang penggilingan padi   yang berada dibelakang rumahnya dengan alamat di Jl. Ponorogo – Solo masuk Desa Somoroto, Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo dalam keadaan terbakar, selanjutnya saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Somoroto,”urai Kompol Beny Hartono.

Setelah dihitung, Kerugian materiil sekitar Rp. 25.000.000,-  dan tidak terdapat korban jiwa.

“Atas kejadian itu, Polsek Sumoroto melakukan tindakan yaitu menghubungi Pemadam Kebakaran, Mendatangi TKP, Melakukan olah TKP, Memeriksa korban, Mencatat saksi, dan melaporkan ke pimpinan,” tambahnya.

Selain itu, Kapolsek juga meminta seluruh warga masyarakat untuk senantiasa waspada agar kejadian serupa tidak terjadi. (yah/gin).

Peliput : Yahya Ali Rahmawan

Penyunting : Agin Wijaya

Ponorogo – Portalnews Madiunraya.com
Rangkaian Perayaan Grebeg Suro di Ponorogo ditandai kegiatan Tutup Grebeg Suro di Monumen Bantarangin, yang berlokasi di Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo.

Beberapa kegiatan budaya digelar Tutup Grebeg Suro, diantaranya kirab pusaka dan pawai budaya yang berlangsung meriah dan disambut antusiasme warga Kecamatan Kauman dan sekitarnya dengan memadati jalanan yang dilalui rute pawai budaya tersebut.

Pawai budaya diawali dengan prosesi keberangkatan Prabu Kelono Sewandono menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Putri Kerajaan Kediri, yaitu Putri Songgolangit.

Kelono Sewandono yang merupakan Raja Kerajaan Wengker, membawa lengkap dengan pasukan pemanah, prajurit tombak serta pasukan berkuda dibawah kepemimpinan Patih BujangGanong.

Dari ceremoni pelamaran itulah maka lahir sejarah Reyog Ponorogo yang melengenda hingga saat ini dan menjadikan Ponorogo menjadi terkenal dengan Seni Reyog Ponorogo.

Kirab pusaka dalam kegiatan tersebut, ada tiga pusaka yang diarak yaitu Ageman Probo Swoso, Topeng Kencono, dan Cemeti Samandiman.

Menurut Camat Kauman, Joko, Kirab Budaya di Bantarangin mengingatkan kepada generasi sejarang bahwa Pemerintahan Kabupaten Ponorogo pernah dua kali berpindah. “Yang pertama, perpindahan dilakukan dari Kutho Wetan ke Kutho Tengah, yang sekarang menjadi alun-alun. Yang kedua adalah dari Kutho Tengah ke Kutho Kulon,” terang Joko.

Joko berharap dengan mengetahui kisah yang menjadi sejarah masa lalu membuat masyarakat Ponorogo semakin mencintai daerahnya yang kaya dengan budaya. “Selain itu bisa menjadi wisata budaya yang akan meningkatkan perekonomian di bumi Reyog Ponorogo.” Pungkas Joko.

Puluhan dokar hias yang dinaiki Forkopimcam Kauman, Sampung dan Badegan, Kepala Desa dan perangkatnya mengikuti rombongan Prabu Kelono Sewandono beserta Putri Songgolangit berkeliling dan menyapa masyarakat. (yah/gin).

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.