Kebanggaan kepada warisan leluhur terpatri di hati masyarakat Ponorogo. Hal ini nampak dari kemeriahan kegiatan budaya yang menghadirkan sosok-sosok leluhur dan warisan yang ditinggalkan.
Seperti yang terlihat di Kirab Pusaka dan Budaya Bantarangin dalam rangkaian Grebeg Tutup Suro yang digelar di Monumen Bantarangin, Desa Sumoroto, Kec. Kauman, Minggu (28/8/2022).
Menurut Kang Bupati Sugiri Sancoko, dirinya mengaku bangga bahwa di Ponorogo banyak sekali potensi budaya yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
“Luar biasa, Ponorogo tidak ada habis-habisnya. Kirab Budaya ini mengarak 3 pusaka, yakni Ageman Probo Swoso, Topeng Kencono, dan Cemeti Samandiman. Selain itu, kirab ini menceritakan ulang peristiwa ketika Prabu Klono Sewandono kerajaan Bantarangin dan melamar Dewi Songgolangit sampai ia kembali ke Bantarangin lagi,” jelas Kang Bupati Sugiri Sancoko.
Pada misinya ini, Kang Bupati menceritakan bahwa Prabu Klono Sewandono dikawal berkuda, pasukan dengan senjata tombak, dan patih andalannya Pujangga Anom atau Bujang Ganong.
“Inilah yang kemudian melahirkan kesenian Reog Ponorogo.,” tambahnya.
Prosesi Kirab kepada 3 pusaka pembawa pusaka. Setelah itu, kemudian 3 pusaka diberangkatkan dari Monumen Bantarangin mengelilingi wilayah Kuto Kulon.
“Saya berharap dengan banyaknya potensi wisata yang ada bisa meningkatkan perekonomian bagi masyarakat.”tutup Kang Bupati Sugiri Sancoko.
Kang Bupati Sugiri Sancoko, Wakil. Bupati Bunda Lisdyarita, Bupati Ponorogo periode 2010-2015 Amin, dan Forkopimka Kauman menyertai kirab dengan menaiki kereta kuda. Selain itu, Badan Usaha, dan lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat turut memeriahkan Kirab ini.
Sepanjang rute kirab, sampai finish di pelataran Monumen Bantarangin, tampak masyarakat antusias menyaksikan kirab dari awal sampai akhir. (ADV/GIE/YAH).
Peliput : HARIYOGI WIJANARKO