,

Ponorogo, MADIUNRAYA.com
Sosok Anggota Satlantas Polres Ponorogo Briptu Luhur patut diteladani.

Anggota Satlantas Polres Ponorogo itu memberikan pelatihan peragaan Reog Ponorogo kepada anak-anak Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Tuna Netra Jl ukel GG II no 7 Kelurahan Kertosari Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, Kamis (01/09/2022).

Briptu Luhur selaku pelatih peragaan Reog Ponorogo tampak bersemangat dalam melakukan briefing kepada peserta anak anak Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Tuna Netra.

Kasatlantas Polres Ponorogo AKP Ayip Rizal saat ditemui terpisah menyampaikan bahwa kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian Satlantas Polres Ponorogo terhadap pelestarian Ragam budaya Indonesia yaitu memberikan pelatihan kesenian Reog Ponorogo kepada anak anak tunanetra.

Hari ini Briptu Luhur melakukan pelatihan kepada anak anak cara memainkan alat alat musik reog mulai dari Kendang, Gong, Kenong, Sompret, Angklung, Ketipung dengan alat peraga seperti Dadak merak dan pentulan,”ujarnya.

Ia menambahkan, untuk Jumlah pemain pelatihan peragaan Reog sejumlah 15 anak anak dari Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Tuna Netra.

“Kegiatan pelatihan terhadap anak anak Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Tuna Netra rutin di lakukan setiap hari Jumat mulai pukul 15.00 wib setelah Sholat Ashar.dan. Kegiatan ini sudah berlangsung selama 5 bulan terakhir.”pungkasnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut diantara lain Kasat Lantas Polres Ponorogo AKP Ayip Rizal, Pelatih peragaan Reog Ponorogo Briptu Luhur Ainul Fikri, Kepala Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Tuna Netra Drs. Imam Fauzan, M.M, dan Peserta pelatihan Reog Ponorogo. (red).

,

Pacitan, MADIUNRAYA.com
Sambil menikmati Lontong Pecel, Mbah Sus, panggilan akrab Susianto, warga Desa Kasihan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan ini terlihat sumringah.

Tidak tanggung-tanggung, dua porsi Lontong Pecel dilahabnya dengan bersih. Secangkir kopi bubuk, gorengan bakwan, lentho dan sundukan telor puyuh secara bergantian diambilnya.

Pun dengan sang Isteri, Sunartin yang juga tampak lahab menikmati Sego Bakar.
Sementara anak dan cucunya juga terlihat asyik menikmati makanan tradisonal yang ada di tempat itu.

Mereka berkuliner di Kali Klepu yang terletak di Dusun Waru, Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.

“Walaupun saya dari desa mas, namun kuliner yang ada dan suasana disini sangat menarik. Selain ditata dengan indah, rasa kulinernya juga mantap. Apalagi diiringi dengan gending jawa, sambil menyeruput kopi, serasa kembali ke masa lampau,” Ucap Mbah Sus, Ahad (03/07/2022).

Menurut Mbah Sus, pihak pengelola bisa menyatukan unsur alam, budaya dan kuliner secara apik.
“Walaupun tempat seperti ini banyak di Pacitan, namun pengelola disini bisa mengambil hati para wisatawan yang ingin merasakan wisata tempo dulu. Apalagi para pedagang menggunakan jarik dan kebaya, uang yang dipakai juga berupa koin yang identik dengan uang kuno. Ini sangat menarik,” lanjutnya.

Mbah Sus juga menambahkan bahwa anak-anak dan kaum remaja juga senang berada ditempat itu.
“Kalau yang tua bernostalgia, yang remaja bisa foto-foto selfie, anak-anak bisa ciblon atau berenang disini mas. Keren pokoknya,”tambah Purna Guru itu.

Lebih lanjut Mbah Sus berharap agar pengelola tetap bisa menjaga kualitas dan pelayanan bagi wisatawan.

“Ini bisa menjadi pelengkap bagi wisatawan yang hendak berlibur ke Pacitan. Ada Pantai, Gua, Air Panas, Sejarah, Religi dan ini Wisata Tempo Dulu. Pas bagi orang-orang Kota yang merindukan suasana Tradisional. Semoga pengelola bisa menjaga kualitas dan kenyamanan bagi para wisatawan.” Tutup Mbah Sus. (yah/gin).


Peliput : Yahya Ali Rahmawan
Pennyunting : Agin Wijaya

,

Ponorogo, MADIUNRAYA.com

Desa Duri, Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggelar kegiatan Bersih Desa pada Rabu (29/06/2022).

Menurut Kepala Desa Duri, Dwi Mahmudin, pihaknya menggelar Bersih Desa setelah diperbolehkan disaat Pandemi Covid 19 sudah melandai.

“Selama Pandemi Covid 19, kami tidak menggelar kegiatan. Baru kali ini kami mengadakan Bersih Desa dalam skala besar. Konsepnya menggabungkan Religi dan Seni Budaya yang ada,” ucap Dwi Mahmudin.

Lebih lanjut Dwi menyampaikan bahwa rangkaian Bersih Desa Duri diawali dengan Ziarah ke Makam Punden setempat.

“Untuk Ziarah ke Makam Pundem kami dahulukan kemarin (Selasa- red). Lalu hari ini digelar Pentas Seni Reog dengan 4 Dadak Merak. Karena sudah lama tidak Reog kan hari ini pengunjung terlihat sangat banyak, baik dari Desa Duri maupun dari luar desa,” tambahnya.

Dwi Mahmudin, Kepala Desa Duri Kecamatan Slahung Ponorogo

Selanjutnya, Dwi Mahmudin mengatakan bahwa rangkaian selanjutnya adalah Istigoshah dan do’a bersama di Balai Desa Duri.

“Rangkaian selanjutnya adalah Istigoshah dan do’a bersama dengan para Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan elemen yang ada di Desa Duri. Dilanjutkan dengan Pentas Seni Jaranan Thik di Lapangan Desa Duri,” jelas Dwi Mahmudin.

Dengan kegiatan Bersih Desa, Dwi Mahmudin berharap agar Desa Duri dan seluruh warganya dilindungi Alloh SWT.

“Desa Duri dan seluruh warganya mendapatkan perlindungan dari Alloh SWT, diberikan kesehatan, keselamatan dan cukup dalam kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu, dengan momen Bersih Desa kata Dwi Mahmudin, perekonomian di desanya akan kembali bangkit.

“Banyak para pedagang makanan, minuman, mainan, dan lainnya laris dalam kegiatan ini. Seniman Reog dan Jaranan kembali beraktivitas dan masyarakat mendapatkan hiburan.” Tutupnya.

Sementara menurut salah satu warga yang ditemui disela-sela kegiatan, Agus, dirinya sangat senang dengan kegiatan Bersih Desa tersebut.

“Sudah lama tidak melihat Seni Reyog mas. Ini sudah bisa dilakukan karena Pandemi sudah melandai. Semoga terus begini agar ekonomi bisa kembali naik dan kesejahteraan bisa terwujud.” Ucap Agus. (yah/gin).

Peliput : Yahya Ali Rahmawan

Penyunting : Agin Wijaya

,

Wonogiri, MADIUNRAYA.com
Siapa sangka, dulu yang hanya tegalan atau lahan biasa, kini bisa menjadi destinasi wisata yang menarik dan bisa didatangi ribuan pengunjung setiap harinya.

Diberi nama Tegal Simbah, wisata baru di Kabupaten Wonogiri itu tepatnya berada di RT 01 RW 03 Selokerto, Tambakmerang, Kabupaten Wonogiri.

Destinasi wisata itu baru satu bulan lebih di buka. Namun ribuan pengunjung sudah datang sejak pagi hari dari berbagai pelosok di Jawa Tengah dan sebagian dari Jawa Timur.

Menghadirkan spot foto yang menarik dengan background pemandangan alam, patung buatan seperti tokoh pewayangan, tokoh pahlawan, patung binatang hingga tokoh imajiner seperti sang King Kong raksasa membuat pengunjung merasakan waktu berliburnya sungguh berarti.

Tak hanya itu, Water Boom yang disukai anak kecil hingga remaja dan kolam renang yang jernih airnya ditambah dengan air terjun buatan membuat semakin betah pengunjung untuk berlama-lama ditempat ini.

Pun dengan hidangan kuliner yang siap memanjakan lidah pengunjung dengan beragam resto modern dan tradisional juga tersedia ditempat wisata baru ini.

Yang menarik lainnya adalah live musik dari pengelola dengan penyanyi bersuara merdu bisa menghilangkan penat para pengunjung.

Yang menarik juga adalah ratusan tanaman durian yang ditanam diarea itu. Jika suatu ketika sudah panen, maka pengunjung dijamin lebih lama dan lebih banyak karena bisa menikmati buah durian yang saat ini sedang proses tumbuh. Sebagaimana Tegal Simbah juga berproses bersaing dengan tempat wisata yang lain.

Jangan hanya karena baru dibuka, membuat penasaran orang dan mereka tidak kembali lagi.

Harus terus berinovasi dengan tren kekinian.

Yang perlu diketahui, tiket masuk ke area itu Rp 10 ribu.
Jika mau berenang di Waterboom biayanya adalah Rp 15.000,-

Semoga pengelola bisa terus profesional, dan menjaga kualitas dan keramahan sehingga pengunjung bisa terus berdatangan ketempat itu dengan membawa rezeki yang berlimpah.

Yahya Ali Rahmawan

,

Ponorogo, MADIUNRAYA.com

Gelombang protes dipilihnya Jamu sebagai usulan Kemendikbudristek RI ke ICH Unesco terus mengalir di Bumi Reyog Ponorogo.

Selain Bupati Ponorogo yang telah menyampaikan rasa prihatinnya, kini Seniman Reyog Ponorogo termasuk salah satunya Warog Ponorogo menyampaikan protes akan hal itu.

Mbah Pur, salah satu Warok Ponorogo yang juga sesepuh Seniman Reyog menyatakan bahwa pihaknya menangis dalam batin atas keputusan kemendikbudristek itu.

“Seniman Reyog Ponorogo menangis dalam batin atas keputusan itu. Karena Reyog Ponorogo sebagai budaya adi luhung telah memenuhi syarat untuk diajukan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO,” Ucap Mbah Pur, Ahad (10/04/2022).

Untuk itu, Mbah Pur meminta agar Mas Menteri Nadiem Makarim mau transparan dan buka-bukaan data tentang penilaian Tim ICH Unesco.

“Apakah benar keputusan yang diambil oleh Kemendikbudristek tersebut,” tanyanya dengan serius.

Selain masa pandemi yang masih berlangsung sehingga dua tahun terakhir tidak bisa manggung, Mbah Pur menilai bahwa ancaman klaim dari negara tetangga atas kepemilikan Reyog Ponorogo juga membuat pihaknya sangat sedih.

“Yang membuat kami sedih adalah tidak pahamnya Pemerintah Pusat dengan ancaman klaim dari negara tetangga. Karena memang Reyog Ponorogo lahir dan berasala dari Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia,” tambahnya.

Pemerintah Pusat harus memprioritaskan Reyog Ponorogo yang memang Asli dari Ponorogo Indonesia agar benar-benar diakui sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda sehingga tidak bisa diklaim oleh negara tetangga.

Selain itu, Mbah Pur mengungkapkan bahwa Reyog harus tetap lestari di Bumi Ponorogo karena memang sebagai tempat lahir dan asal muasalnya.

“Untuk itu, sekali lagi kami meminta agar Kemendikbudristek RI mau menunjukkan hasil penilaian Tim ICH Unesco agar transparan dan bisa dipertanggungjawabkan.”Pungkas Mbah Pur yang diamini oleh para Warog Ponorogo yang lainnya. (yah/gin).

Peliput : Yahya Ali Rahmawan

Penyunting : Agin Wijaya

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.