Mak Yuli Roma, biasa orang memanggilnya. Dia adalah Biyunge Jaranan di Ponorogo.
Namun ketika mendengar Reyog Ponorogo dikalahkan oleh Jamu yang akan diusulkan ke ICH UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia, dia ikut turun gunung.
Dia bergabung dengan ratusan Seniman Reyog Ponorogo yang malam itu menggelar aksi pertunjukkan sebagai upaya agar Kemendikbudristek RI merubah keputusannya dan juga diakui eksistensinya di dunia internasional.
Bahkan yang biasanya Mecut Jaranan saat pembukaan kesenian yang digelutinya ataupun menyadarkan pemain yang sedang kerasukan, Mak Yuli Roma turut serta menari Bujangganong.
Tanpa ragu, dia memakai topeng Bujangganong dan segera menggerakkan tubuhnya mengikuti irama gamelan Reyog yang saat itu sedang bersemangat ditabuh agar didengar alam semesta dan diakui Seni Reyog adalah milik Ponorogo, Indonesia.
Gemuruh suara penontong yang juga lantang berteriak bahwa Reyog adalah milik kami, juga menambah spirit bagi wanita yang selama ini menggeluti dunia jaranan itu.
“Reog adalah warisan seni budaya yg memiliki nilai Adhi luhung. Bahkan menjadi jati diri Bumi Ponorogo,” ucap Mak Yuli Roma
Lebih lanjut, Biyunge Jaranan Ponorogo itu menyebutkan bahwa Ponorogo surganya dan gudangnya para seniman.
“Pelaku pecinta pandemen Seni Reyog, ayo kita jaga warisan leluhur yang tiada tara nilainya ini,” Tambah Mak Yuli Roma.
Dia juga mengatakan bahwa Reyog adalah milik Warga Ponorogo dan Warga Indonesia tanpa kecuali.
“Ini adalah milik kita. Lalu siapa lagi yang akan mempertahankan kalau bukan kita ..Save Reog ponorogo Salam Budaya.” Pungkas Mak Yuli Roma. (yah/gin).
Peliput : Yahya Ali Rahmawan
Penyunting : Agin Wijaya