Innalillahi, Pak Tris Bupati Pacitan 2000-2005 Meninggal Dunia

  • Bagikan

Pacitan – MADIUNRAYA.COM

Kabar duka datang dari Bupati Pacitan 2001-2005, H Sutrisno yang meninggal dunia pada Kamis (04/11/2021).

“Innalillahi Wainnailaihi raji’uun, Turut berdukacita atas wafatnya BAPAK H. SUTRISNO ( Bupati Pacitan 2000 – 2005 ). Semoga Almarhum diampuni salah kilaf dan dosanya, diterima segala amal ibadahnya, diberikan  tempat yang mulia disisi Allah SWT…dan semoga Keluarga tetap tabah, sabar dan ikhlas menghadapi musibah ini. Allahummaghfirlahu warhamhu waafihii wafuanhu.. Al Fatihah..Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin Yaarabbal’alamiin,” ucap salah seorang warga Pacitan, Mulyono di Grup WA Pacitanku.

Menurut Mulyono, Almarhum meninggal di salah satu Rumah Sakit di Yogyakarta.” Beliau wafat tadi pagi jam 6.00 di RS JIH Yogyakarta,” tambahnya.

Bupati Pacitan 2000-2005 tersebut juga merupakan pengusaha asal Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan, yang sudah lama bermukim di Kabupaten Gunung Kidul, DIY.

Dilansir dari Pacitanku.com, Sutrisno terpilih menjadi Bupati pertama Pacitan di era reformasi dan terpilih dan menjalankan roda pemerintahan berpasangan dengan Wakil Bupati Abdul Mu’id Anwar.

Berbagai prestasi diraih Pacitan saat dipimpin oleh Sutrisno. Pada tahun 2004 Pacitan meraih penghargaan kabupaten pelaksana partisipasi Publik Otonomi Award dari Jawa Pos. Penghargaan dari JPIP ini berdampak pada lahirnya kebijakan alokasi dana desa Rp11 juta per desa saat itu.

Saat ini ADD sudah menjadi sumber anggaran tetap di seluruh desa di Kabupaten Pacitan dengan nilai variatif masing-masing desa pemberian ADD didasarkan pada jumlah penduduk desa setempat.

Sejumlah pabrik berskala kecil berhasil dibuka di Pacitan. Antara lain pabrik rokok Mitra Sampoerna di Kecamatan Pacitan dan pabrik kayu lapis (DSUC) di Kecamatan Arjosari.

Kedua pabrik ini menyedot cukup banyak tenaga kerja lokal sehingga mereka tidak merantau ke daerah lain untuk mendapatkan penghasilan. Kembalinya pekerja pabrik asal Pacitan dari perantauan kemudian bergabung di pabrik kayu lapis tersebut berdampak pada peningkatan kesejahteraan buruh dan keluarganya. Pantaslah jika masyarakat menempatkan Sutrisno sebagai bapaknya para buruh Pacitan. (Red)

  • Bagikan