Jakarta – Portalnews Madiun Raya
Pengamat Penerbangan yang juga mantan investigator KNKT, Ruth Hanna Simatupang menjelaskan bahwa berdasarkan pengalamannya, waktu yang lama untuk menemukan titik jatuh pesawat yang jatuh membuat harapan penumpang yang selamat tipis harapannya.
“Biasanya, pesawat kehilangan kontak itu disebabkan selain faktor cuaca yang ekstrim juga karena radar primer dan sekunder tidak menangkap sinyal pesawat yang bersangkutan,” Ujar Ruth mengawali pendapatnya saat live di salah satu TV Nasional.
Tentang pesawat Sriwijaya SJ 182 yang berjenis Boeing 737 klasik menurut Ruth sudah sama dengan pesawat yang modern. “Sudah canggih, digital, kental dengan teknologi terkini, sudah dirancang untuk menghadapi cuaca ekstrem namun menghadapi awam colomonimbus sekuat apapun tidak akan bisa, yang jelas perlu diselidiki lebih lanjut,”lanjutnya.
Kalau melihat dari jarangnya mengalami kecelakaan itu bukan seperti Lion Air, “Memang ada sesuatu faktor lain diluar pesawat itu,” Tambahnya.
Walaupun awalnya diciptakan tahun 1994,atau sudah 26 tahun, “Tidak ada pesawat tua karena ada pembaruan dan dikondisikan siap terbang dengan menomorsatukan keselamatan,”ungkap Ruth.
Memang 10 menit pertama take off dan landing adalah titik kritis dari pesawat, mau pesawat apapun itu yang harus hati-hati, apalagi faktor cuaca yang kurang baik. “Dalam 10 menit pertama take off adalah penyesuaian untuk kecepatan apakah naik ataupun turun. Dan berdasarkan pengalaman terlalu lama proses penemuannya biasanya tipis harapan bagi penumpangnya untuk selamat, ya kita berdo’a saja.”Pungkas Ruth Hanna Simatupang. (Red)